• gbanner2 copy
  • gbanner1 copy
  • gbanner1 copy

Selamat Datang Di Website SMA Negeri 10 Kepulauan Tanimbar

Pencarian

Login Member

Username:
Password :

Kontak Kami


SMA NEGERI 10 KEPULAUAN TANIMBAR

NPSN : 60105301

Jl.Mathilda Batlyare -Sifnana, Saumlaki Kab.Maluku Tenggara Barat 97664


[email protected]

TLP : (0918) 21180


          

Banner

Jajak Pendapat

Bagaimana pendapat anda mengenai web sekolah kami ?
Sangat bagus
Bagus
Kurang Bagus
Sangat Bagus
  Lihat

Statistik


Total Hits : 87848
Pengunjung : 39228
Hari ini : 72
Hits hari ini : 182
Member Online : 0
IP : 18.97.9.171
Proxy : -
Browser : Opera Mini

Status Member

Memperingati Hari Pahlawan Nasional Maluku KAPITAN PATTIMURA 15 Mei 2023




 Saumlaki, 15 Mei 2023
MEMPERINGATI HARI PATTIMURA ke 206 Tahun.
'Dengan Motto 'TELADANI PAHLAWANMU CINTAI NEGERI UNTUK INDONESIAKU''.
Siapakah sebenarnya Pattimura dan apa peran Pattimura dalam sejarah Indonesia? Sedikit Cerita Yah dari berbagai sumber.
Nama Pattimura merupakan nama salah satu pahlawan nasional yang kemudian diabadikan menjadi nama Universitas, Bandar Udara, bahkan diabadikan menjadi gambar dalam uang pecahan Rp 1000 yang pernah diterbitkan oleh Bank Indonesia. Jadi,
''Thomas Matulessy juga dikenal dengan nama Kapitan Pattimura atau Pattimura adalah Pahlawan nasional Indonesia dari Maluku. Pattimura lahir di Haria, Saparua, Maluku Tengah pada 8 Juni 1783 dari keluarga Matulessy. Ayahnya bernama Frans Matulessy dan ibunya bernama Fransina Silahoi. Sebelum melakukan perlawanan terhadap VOC ia pernah berkarir dalam militer sebagai mantan sersan Militer Inggris. Namanya kemudian dikenal karena memimpin perlawanan rakyat Maluku melawan Belanda melalui perang Pattimura.
Kapitan Pattimura sejak usia 13 tahun telah terlibat dalam berbagai diskusi dengan orang dewasa tentang penjajahan Belanda terhadap rakyat Maluku. Dalam umurnya yang masih sangat dini, ia senang belajar dengan cara mengikuti diskusi. Padahal diskusi tersebut tidak lazim dihadiri oleh anak-anak seusianya. Dari situlah jiwa cinta tanah air dan anti kolonial lahir dalam diri Kapitan Pattimura.
Berani. Kapitan Pattimura memiliki sikap berani membela kebenaran yang patut untuk dicontoh. Ia berani melawan kolonialisme dan imperialisme penjajah yang menyengsarakan rakyat dengan nyawa sebagai taruhannya.
Memiliki jiwa kepemimpinan. Kapitan Pattimura juga memiliki jiwa kepemimpinan yang baik. Menurut John A. Pattikayhatu dan kawan-kawan dalam buku Sejarah Perlawanan terhadap Imperialisme dan Kolonialisme di Daerah Maluku (1981), Pattimura merupakan seorang yang berani, berwatak keras, dan tindakannya sering juga keras terhadap anak buahnya.Teguh dalam pendirian. Teguh dalam pendirian ialah hal positif yang bisa dicontoh dari Kapitan Pattimura. Ia telah dibujuk berkali-kali oleh Belanda menggunakan cara halus, tetapi tidak menghentikan perjuangannya. Bahkan dengan cara kekerasan pun, Belanda tidak bisa menggoyahkan pendiriannya dan kecintaannya terhadap tanah airnya.
Ketika pemerintah Belanda mulai memaksanakan kekuasaannya melalui Gubemur Van Middelkoop clan Residen Saparua Johannes Rudolf van der Berg,pecahlah perlawanan bersenjata rakyat Maluku. Diadakan musyawarah dan konsolidasi kekuatan dimana pada forum-forum tersebut menyetujui Pattimura sebagai kapten besar yang memimpin perjuangan. Pada tanggal 7 Mei 1817 dalam rapat umum di Baileu negeri Haria, Thomas Matulessy dikukuhkan dalam upacara adat sebagai “Kapitan Besar”.Setelah dilantik sebagai kapten, Pattimura memilih beberapa orang pembantunya yang juga berjiwa ksatria, yaitu Anthoni Rhebok, Philips Latimahina, Lucas Selano, Arong Lisapafy, Melchior Kesaulya dan Sarassa Sanaki, Martha Christina Tiahahu, dan Paulus Tiahahu. Pattimura bersama Philips Latumahina dan Lucas Selano melakukan penyerbuan ke benteng Duurstede.
Berita tentang jatuhnya benteng Duurstede ke tangan pasukan Pattimura dan pemusnahan orang-orang Belanda, menggoncangkan dan membingungkan pemerintah Belanda di kota Ambon. Gubernur Van Middelkoop dan komisaris Engelhard memutuskan militer yang besar ke Saparua di bawah pimpinan mayor Beetjes. Ekspedisi tersebut kemudian disebut dengan ekspedisi Beetjes.
Mengetahui hal tersebut, dengan segera Kapitan Pattimura mengatur taktik dan strategi pertempuran. Pasukan rakyat sekitar seribu orang diatur dalam pertahanan sepanjang pesisir mulai dari teluk Haria ,sampai ke teluk Saparua. Pattimura bersama pasukannya berhasil mengalahkan Beetjes dan tentaranya.
Pada tanggal 4 Juli 1817 sebuah armada kuat dipimpin Overste de Groot menuju Saparua dengan tugas menjalankan vandalisme. Seluruh negeri di jazirah Hatawano dibumi hanguskan. Siasat berunding, serang mendadak, aksi vandalisme, dan adu domba dijalankan silih berganti. Belanda juga melancarkan politik pengkhianatan terhadap Pattimura dan para pembantunya.
Singkat cerita, Pada tanggal 11 November 181 7 dengan didampingi beberapa orang pengkhianat, Letnan Pietersen berhasil menyergap Pattimura dan Philips Latumahina. Para tokoh pejuang akhirnya dapat ditangkap dan mengakhiri pengabdiannya di tiang gantungan pada tanggal 16 Desember 1817 di kota Ambon.
Untuk jasa dan pengorbanannya itu, Kapitan Pattimura dikukuhkan sebagai pahlawan perjuangan kemerdekaan oleh pemerintah Republik Indonesia. Pahlawan Nasional Indonesia.
 
 




Share This Post To :

Kembali ke Atas

Artikel Lainnya :





   Kembali ke Atas